Saina Nehwal, a rising star from India
Kamis, 18 Juni kemarin, saya dan dan seorang teman menyaksikan laga Djarum Indonesia Open 2009 Super Series. Kalo cuma ke Istora, lumayan sering sih, terutama kalo lagi ada acara book fair. Tapi kalo untuk nonton bulutangkis secara langsung, kemarin adalah pertama kalinya. Thanx to Fahri for accompanying me. Nonton di rumah emang enak. Gratis, laper tinggal ke dapur, haus tinggal minum, ga mesti ngantri, ga capek ke sananya, dst dst. Tapiiii, nonton langsung secara live emang beda. Lebih cuappe rasanya. Lha wong saya yang teriaknya ga heboh-heboh amat pun tetep cape. Apalagi tangan yang dah lemes nepok-nepokin pemain. Segitupun yang ngantri tiket sampe banjir keringet dan berbau semerbak tuh die. Pokok’e thanx deh ‘ri. (Sayang ‘ri, lo cuma sedikit makan roti yang dah gw beliin, dah bosen kali ya di aspa makan roti melulu).
Hari itu banyak sekali pertandingan yang ditampilkan. Namun, cabang yang saya suka sebenarnya adalah tunggal putri, tunggal putra, dan ganda putra. Seru aja melihat perempuan-perempuan tingkat dunia menepuk bulu angsa. Saya membayangkan kalo saja sayalah lawan mereka, saya dikasih skor berapa ya? Nggak sampe lima point kali, meskipun mereka perempuan. Saat itu saya menyukai Porntip Buranaprasertsuk (dari keribetan dan keanehan namanya semua orang tau kalo dia pasti dari Thailand) yang melawan Wang Yi Han (China) dan Saina Nehwal (India) yang melawan Juliane Schenk (Jerman). Keduanya sama-sama bertipe menyerang. Namun Saina tampaknya jauh lebih tinggi, lebih lincah, lebih galak, dan lebih stabil dari Porntit. Porntit kalah sedangkan Saina menang. Bahkan di luar dugaan, Saina berhasil merebut gelar juara tunggal putri DjIO 2009 mengalahkan Wang Lin (China), sekaligus mengukir rekor putri India pertama yang mendapatkan gelar di nomor ini. Tampaknya, Sainalah bintang DjIO 2009 tahun ini.
Lantas, bagaimana dengan pemain kita? Mendingan nggak usah nanya deh. Menyedihkan, tewas semua selain Taufik, itupun hanya sebagai Runner-up karena dikalahkan Lee Chong Wei (Malaysia) 2 set langsung 😦 Jangan-jangan merupakan hasil terburuk sepanjang sejarah penyelenggaraan Indonesia Open lagi.
Yang saya bingung adalah, kenapa pemain tunggal kita lagi-lagi cuma Taufik, Sony, Simon. Putrinya pun hampir begitu, Maria Kristin, trus Adiyanti Firdasari. Untungnya masih ada Maria Febe yang saya baru ngeh namanya kemarin yang mainnya agak lumayan walaupun akhirnya pun kandas dari Wang Lin (detil seluruh permainan di DjIO 2009 ini bisa dilihat di http://www.tournamentsoftware.com). Masalahnya adalah bagaimana sih rekrutmen pemain selama ini. Padahal olahraga ini sangatlah populer dan penduduk kita 230 juta jiwa. Untungnya banyak pihak telah memikirkan hal tersebut, sebutlah PB Djarum yang akan mengadakan audisi masal pada tahun ini.
Anehnya China, musuh bebuyutan kita di bultang, tidak seperkasa kemarin-kemarin. Mereka hanya menyabet satu gelar dari nomor ganda campuran oleh Zheng Bo dan Ma Jin. Khusus tim putri China, sepeninggal Zhang Ning, mereka belum mencapai kekuatan penuh saat ini. Wang Lin pun hanya bertengger di posisi ke-3. Peringkat satu dunia justru diraih Zhou Mi dan Tine Rasmussen di peringkat ke-2. Saya sempat melihat permainan Zhou Mi melawan Xie Xingfang di final Aviva Singapore Open kemarin, sekelas Xingfang pun dibuat tak berdaya di tangan Zhou Mi yang gaya dan badannya cowok banget ini. Menyeramkan sekali Zhou Mi ini.
Bagaimana dengan Taufik? Faktor usia memang tidak dipungkiri sangat berpengaruh bagi permainannya saat ini. Langkah kakinya kemarin jauh lebih berat dari pada Chong Wei, sehingga ia pun dipaksa bertekuk lutut oleh temannya itu dua set langsung. Sejak menikah, prestasi Taufik memang cenderung menurun. Dan kita semua pun lantas berfikir, kok Taufik sekarang gini ya. Perasaan dulu hebat deh.
Taufik Hidayat, Famous by His Legendary Backhand Smash
Demi mengenang Taufik yang dulu, saya pun tergerak untuk membuka youtube dan mengetik namanya di search engine. Dan memang benar. Banyak sekali file yang bisa dibuka. Semunya berisi cuplikan-cuplikan pertandingan dimana penonton dibuat terkesima oleh kemampuan Taufik yang luar biasa di usia mudanya, masa-masa jayanya, sejak tahun 99 hingga 2006-an. Dunia mengaguminya sebagai maestro backhand smash yang tiada duanya. Selain itu, kecerdikannya di lapangan, pukulan-pukulan tipuan membuat Anda pasti berdecak kagum mengenang kejayaan Taufik kala itu. Itulah mengapa berulang kali host menyebut Taufik sebagai pemain legendaris Indonesia masa kini karena keterampilannya mengolah bulu angsa memang luar biasa. Setidaknya hanya ada tiga orang lagi di tunggal putra dunia saat ini yang permainannya semenarik Taufik dan jadi musuh bebuyutannya, Lin Dan, Lee Chong Wei, dan Peter H. Gade (meskipun untuk Peter, sepertinya Taufik lebih sering menang).
Saya ucapkan tetaplah berjuang atlet-atlet bulu tangkis Indonesia. Raih prestasi terbaik di World Champion Agustus 2009 nanti. Semoga PBSI dapat mengambil pelajaran dari DjIO 2009 kemarin untuk segera berbenah meningkatkan pembinaan olah raga yang kita cintai ini, olah raga yang selalu menghadiahkan emas untuk RI di setiap Olimpiade ini.
Sebelum saya sudahi, gatal rasanya lidan dan jemari ini bila tidak menyampaikan beberapa kritikan. Kali ini ditujukan kepada panitia penyelenggara DjIO 2009 kemarin. Kenapa sih pintu A8 ga dibuka? Gw mo solat jadi ribet, kita harus naik-naik balkon untuk pindah tempat duduk. Gimana kalo dishoot sama wartawan iseng trus terpajang di koran-koran. Kenapa Istora yang selalu jadi lokasi ajang penyelenggaraan even-even serupa, namun kebersihan, kenyamanan, kerapihan, dan keindahan gedungnya seperti tidak diperhatikan sama sekali. Kita bisa lihat sampah berceceran di luar gedung, ubin di selasar yang ketinggalan jaman dan mulai rusak, buang air kecil yang mesti bayar, dsb. Belum lagi antri tiket yang kelamaan, tiket yang habis diserbu calo, dst. Please, be professional. Malu kan dilihat sama negara lain.
Ok gitu dulu. Kok jadi panjang gini, padahal tadi niatnya cuma nulis 2 paragraf.
Recent Comments